Kebobrokan PNS
curhatan dari temen via email, silakan di - baca sendiri:
Beberapa waktu lalu gua sempet ngobrol sama salah seorang pakar pemilu,
dia PNS. Lama2 gua ngobrol.. lalu gua nyeletuk, "Pak Resikonya jadi PNS
tuh apa sih?" Berpanjang lebar beliau jelasin, ya intinya PNS gak
terlalu sibuk kayak pegawai swasta, bank, perusahaan asing dll.. karena
apa? karena mereka2 yang jadi PNS hanya ngejalanin regulasi. So sepinter
apapun lu, pas lu jadi PNS lu kurang bisa berkarya sebab misalnya salah
satu instansi membutuhkan software buat kepegawaian, ada sebuah aturan
bahwa penyedia software itu harus dari luar (vendor) atau pihak ke-3,
para PNSers hanya menjalankan tugas2nya ketika software sudah jadi. Dan
itulah peraturan yang bener2 saklak, so klopun lu jadi PNS dan lu buat
tuh software sebagus apapun, gk bakal laku dipake sama instansi yang
ngebutuhin software tadi. That's why PNS terkesan males n gak
produktif.. padahal emang hukumnya sendiri yang aneh. wong pegawai
sendiri aja bisa ngebuat ini masih juga butuh vendor (gk efisien!!)
Lanjut ke hal lain.. pernah denger di koran2 masalah tender2 pengadaan
barang untuk instansi pemerintah? sekolah? dulu gua pernah sekali
terlibat ke dalem hal pengadaan itu sebagai pihak penyedia barang.
Prosesnya tuh,
- si yang berwenang (orang atau instansi pemerintah yang ditunjuk secara resmi) mengumumkan adanya sebuah tender.
- nah para badan usaha bisa PT bisa CV pada ngajuin proposal ke instansi tersebut lewat orang yang ditunjuk tadi.
- setelah di teliti maka badan usaha yang dinilai mampu memenuhi kriteria bakal ditunjuk jadi penyedia barang.
Bilanglah dalam sebuah kasus instansi tersebut memiliki proyekan
pengadaan komputer untuk 20 unit komputer PC nah masing2 harganya
dibanrol 7 Jt.. spek lumayan.. berarti nilai proyekan itu adalah 140
Jt.. look.. siapa yang gak tergiur buat ngadain 20 unit kompter PC
dengan harga 140 Jt. Lalu apa yang terjadi? ketika PT/CV yang mau
ngajuin proposal tadi hendak dilolosin sebagai badan usaha yang
ngehandle projekan tadi ketemu sama yang punya proyek, bakal terjadi
antara 2 hal ini sama dia.
- Dia ditanya "Pak kalo PT/CV bapak mau dilolosin jadi yang ngehandle proyek ini, berapa bapak bisa bayar saya" ;atau
- "Pak komputernya cari dengan harga 3,6 Jt karena budgetnya dari atas gak kayak yang tertera di surat MoU",
lalu sisa 3,4 jtnya kemana? hehehe.. it's rhetoric.. hal yang lu2 pada
udah tau jawabannya.. yaitu masuk ke kantong para pejabat2 di instansi
tersebut dengan alasan biaya pencairan dana yang membutuhkan tanda
tangan atasan2 di instansi tersebut. Lalu muncul pertanyaan, "Kenapa sih
harus pake pihak vendor segala? padahal disana banyak juga pegawai2nya
yang bisa beli komputer n bisa nyari komputer dengan harga yang jauh
rendah?"
Nah disitu deh the Art Of Corruption-nya mulai jalan. Bisa2 kalo ada
seorang pegawai yang menurut nurani dia "Gila.. ngabisin duit rakyat aja
nih proyekan 1 unit komputer 7 juta padahal komputernya cuman buat
excel n ms word, klo gitu mending gua yang cari deh ke mangga 2, 1 unit
gua bisa dapetin 3 Jt aja kok" akhirnya dibelilah komputer tersebut oleh
pegawai baik ini. Hingga suatu hari.. usut punya usut.. dia disidang!!
loh !! kan dia dah nyelamatin uang rakyat.. sebanyak (7-3) x 20 = 80
juta rupiah..!! dan dia dinyatakan bersalah, hingga akhirnya dia dibui.
Apakah logis orang yang tadinya mau nyelametin uang rakyat, gara2 sistem tolol justru dipenjara, sedang orang yang makan duit rakyat, ngebagi2innya ke atasan2nya dianggap oleh hukum sebagai orang yang taat peraturan dan hukum. Makanya kita gak bisa ngejudge lagi orang yang masuk penjara lantas dia orang yang jahat, dan orang yang diluar penjara adalah orang yang baik. karena pada faktanya mungkin terjadi sebaliknya.
Kesimpulannya adalah sebenernya kita butuh sebuah peraturan2 yang gak banyak bug (celah)-nya yang gak memungkinkan orang untuk ngehack hukum2 tadi, sebuah hukum yang logis, transparan, bisa di percaya, dan berlaku untuk semua. Yang ada malah para pakar hukum cuman tampil di lawyers club n speak2 doang disana, sedangkan realisasinya NOTHING!! para penegak hukum yang ngebela orang2 yang bersalah, para penyusun undang2 yang memasukkan nilai2 penipuan, kata2 ambigu, celah, dan kebohongan di undang2 yang mereka buat. sama manusia2 yang kurang moralnya, greedy, makan harta rakyat kecil dengan mengatasnamakan kepentingan negara.
Apakah logis orang yang tadinya mau nyelametin uang rakyat, gara2 sistem tolol justru dipenjara, sedang orang yang makan duit rakyat, ngebagi2innya ke atasan2nya dianggap oleh hukum sebagai orang yang taat peraturan dan hukum. Makanya kita gak bisa ngejudge lagi orang yang masuk penjara lantas dia orang yang jahat, dan orang yang diluar penjara adalah orang yang baik. karena pada faktanya mungkin terjadi sebaliknya.
Kesimpulannya adalah sebenernya kita butuh sebuah peraturan2 yang gak banyak bug (celah)-nya yang gak memungkinkan orang untuk ngehack hukum2 tadi, sebuah hukum yang logis, transparan, bisa di percaya, dan berlaku untuk semua. Yang ada malah para pakar hukum cuman tampil di lawyers club n speak2 doang disana, sedangkan realisasinya NOTHING!! para penegak hukum yang ngebela orang2 yang bersalah, para penyusun undang2 yang memasukkan nilai2 penipuan, kata2 ambigu, celah, dan kebohongan di undang2 yang mereka buat. sama manusia2 yang kurang moralnya, greedy, makan harta rakyat kecil dengan mengatasnamakan kepentingan negara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar